Dalam
tasawuf ‘amaly ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu: pertama Murid
yang terdiri atas;
-
Mubtady atau pemula, yang baru mempelajari syari’at.
-
Mutawasith, yaitu yang sudah mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang syari’at Islam.
-
Muntahy, tingkat atas yang telah matang ilmu syari’at,
kemudian telah menjalani tharikat dan mendalami ilmu batiniyah, jiwanya bersih
karena sudah bebas dari pada melaksanakan perbuatan ma’siyat.
Nampak
kisini betapa syari’at Islam berperan bagi orang-orang yang ingin memasuki
lapangan tasawuf. Sehingga pelaksanaan syari’at Islam itu termasuk kriteria
bagi seorang murid.
Yang
kedua ialah syekh. Ia seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas
murid-murid dalam segala kehidupan, penunjuk jalan dan sewaktu-waktu dianggap
sebagai perantara antara seorang murid dengan Tuhannya yang biasa disebut
Raithah. Syekh ini disebut juga Mursyid, yaitu orang yang sudah melalui tingkat
Khalifah.
Pada
dasarnya hubungan murid dengan syekh adalah hubungan penyerahan diri sepenuhnya
di mana seorang murid harus tunduk, setia, dan rela dengan perlakuan apa saja
yang ia terima dari syekhnya.
Apabila
seorang murid itu telah sampai pada puncak kesucian batin, dinamakan wali atau
kutub, yang sudah memperoleh ilmu gaib, ilmu laduni yang tinggi, sehingga
tersingkap tabir rahasia yang gaib-gaib. Seorang wali adalah seorang yang telah
mencapai puncak kesempurnaan, kecintaan kepada Allah Swt.
Apabila
ditinjau dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam tasawuf ‘amaly
terdapat apa yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin, yang terdiri dari 4
kelompok, yaitu syari’at, tharikat, hakikat dan ma’rifat.
-
Syari’at, sebagai amalan lahir yang diperdulikan dalam agama
yang biasa dikenal dengan rukun Islam dan segala hal yang berhubungan dengan
itu, bersumber kepada al-Qur’an dan Hadits.
-
Tharikat, merupakan tata cara yang telah digariskan dalam
agama dan dilakukan hanya karena penghambaan diri kepada Allah dan karena ingin
berjumpa dengan–Nya. Jadi dalam melaksanakan syari’at itu harus berdasarkan
tharikat tertentu seperti ditetapkannya ketentuan-ketentuan yang bersifat
batiniyah, agar ketentuan-ketentuan lahiriyah itu dapat mengantarkan seseorang
kepada akhir perjalanannya melalui tahap demi tahap dan situasi demi situasi.
-
Hakikat, diartikan sebagai aspek batiniyah. Jadi merupakan
rahasia yang paling dalam dari segala amal, merupakan inti dari syari’at dan
akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang shufi.
-
Ma’rifat dalam tasawuf, ialah sebagai pengalaman, pemahaman,
dan penghayatan yang mendalam tentang Tuhan melalui hati sanubari sedemikian
lengkap dan luas, sehinga jiwanya merasa satu dengan Dia.
-
Dalam tasawuf ‘amaly ini dikenal beberapa istilah yang
menunjukkan derajat seseorang setelah melalui beberapa tahap yang diperlukan
dengan tidak melepaskan diri dari petunjuk seorang guru, yaitu:
-
Tahap pertama adalah al-manazil, merupakan
tempat-tempat perhatian yang melalui seorang mubtady, misalnya timbulnya
yaqdlah, yaitu tergetarnya hati untuk menghentikan kelalaian.
-
Al-Masyahid, yaitu hal-hal yang terlihat di tengah-tengah
perjalanan yang sedang di tempuh baik oleh mutawasyith, maupun oleh muntahy,
misalnya: masyhadat al-hayawaniyah, kelihatan nafsu kebinatangan pada
manusia, anatara lain, nafsu kalbiyah, yaitu apabila ia berjumpa
dengan kotoran saling berebutan sesama mereka (memperebutkan barang yang sudah
jelas haramnya).
-
Al-Maqamat, yaitu derajat yang diperoleh dengan usaha
sendiri, setelah selamat menempuh perjalanan yang panjang dan berat. Yang
bersangkutan menerima tingkatan yang lebih tinggi dari Allah Swt melalui
tahap-tahap tertentu yang iasa dinamakan maqam, yaitu: taubat, zuhud, wara’,
faqr, shabar, tawakal, dan ridla. Tentu saja sifat-sifat tersebut memerlukan
perjuangan melawan hawa nafsu, terutama nafsu amarah, lawwamah dan musawwalah,
sehingga sampai kepada nafsu tuma’ninah, dan terus sampai kepada nafsu kamilah.
Al-Ahwal,
yaitu derajat dan situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai anugerah
dari Allah Swt bukan hasil usahanya seperti pada al-manazil dan al-masyahid
tadi. Sekonyong-konyong terbukalah hijab baginya dan naiklah derajatnya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam al-maqamat. Datang dan perginya kadang-kadang
sangat cepat, yang biasa disebut lawwih. Ada pula yang panjang dan lama,
yang disebut bawadlih. Apabila kondisi mentalnya terus terbina secara
kontinyu, dan kemudian sudah menjadi kepribadiannya, itulah yang disebut al-hal
yang selalu bergerak naik ke atas setingkat demi setingkat sampai kepada titik
kulminasi, yaitu puncak kesempurnaan rohani. Sebagai al-hal ini misalnya:
al-ma’ridah dan al-mahabbah. Al-Ahwal ini terdiri antara lain: al-murakabah,
al-khauf, al-raja’, al-syauq, (ada rasa rindu kepada Allah), al-uns, yaitu
terpusat kepada satu titik sentrum. Kepercayaannya mendalam, bukan hanya ilmu
yakin, namun sampai kepada ‘ain al-yakin dan hak al-yakin. Dengan demikian
jiwanya muraqabah, musyahadah dan sampai kepada ma’rifat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar