Rabu, 07 September 2011

Tasawuf Akhlaky


      Sikap mental yang seringkali di dalam akhlak dianjurkan untuk bersikap terpuji dan terhindar dari sikap tercela, merupakan awal dari tindakan tasawuf. Oleh karena itu sikap mental yang tidak sehat seperti riya, sum’ah, sumbong, ‘ujub, fitnah, egois, dan sebagainya harus benar-benar disingkirkan.
            Setelah sikap mental yang tidak sehat itu telah dapat disingkirkan, kemudian dilanjutkan dengan menghiasi untuk mengisi diri misalnya aspek luar dihiasi dengan takwa, melaksanakan shalat yang baik, shaum, zakat, hajji, ‘adil, jauh dari sikap pendusta dan dzalim. Kemudian jiwa dihiasi dengan musyahadah, sehingga jiwa kita merasakan selalu disaksikan oleh Yang Maha Mengetahui, karena meskipun bisa tersembunyi dari penglihatan manusia, namun tidak dapat bersembunyi dari Allah Swt, dengan demikian akan dapat dirasakan peningkatan iman, ketaatan, kecintaan terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih, merasa diri tidak berdaya dan tidak mempunyai kekuatan sedikit pun melainkan atas pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.

            Kemungkinan ada orang yang mampu menghindarkan diri dari perbuatan ma’siyat, namun juga ia tidak mau dan tidak mampu melaksanakan perintah Allah, atau sebaliknya, yaitu disamping sudah biasa melaksanakan perintah Allah, juga biasa berlaku ma’siyat, kedua-duanya sulit untuk masuk ke dalam lapangan tasawuf. Dalam hal inilah peranan akhlak dalam memasuki lapangan tasawuf sebagaimana telah dikemukakan dalam bagian pertama tentang penilaian akhlak menurut para shufi, yaitu dengan istilah takhally dan tajally.
            Yang sangat penting dalam ajaran tasawuf akhlak dan yang perlu diisikan ke dalam kalbu adalah: khauf, yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah; yaitu mengharap pahala dari Tuhan Yang Maha Pemurah; siddiq, zuhud, faqr, shabar, ridla, tawakkal dan musyahadah dalam jiwa.
            Setelah menghiasi diri dengan budi pekerti terpuji, perlu dipelihara, dibina dan dikembangkan. Hal yang terpenting adalah istiqamah dalam ibadah dan  tuma’ninah dalam hati. Dengan demikian maka terungkaplah Nur ghaib bagi hati. Tajally ini merupakan ikhtiar penghayatan rasa kebutuhan, kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran yang optimal dan rasa kecintaan yang mendalam, sehingga timbullah raa rindu kepada Allah Swt dan hati orang yang bersangkutan akan tetap tenang.
            Ada bebepa teori untuk memperdalam rasa ketuhanan itu antara lain adalah dengan:
-          Munajat, yaitu melaporkan diri ke hadhirat Allah Swt atas segala aktivitas yang dilakukan, dengan cara yang khas, misalnya disamping keluhan, mengadukan nasib dengan untaian kalimat yang indah seraya memuji keagungan Allah Swt. Biasanya disampaikan dalam suasana keheningan seperti setelah shalat tahajud.
-          Dzikir maut, yaitu meskipun manusia ingin mempertahankan hidup, namun kematian tidak dapat dihindarkan, sebab sewaktu-waktu pasti datang. Orang shufi berpendapat bahkan berkeyakinan bahwa ingat akan mati itu berkelanjutan, artinya tidak lupa bahwa kita akan mati. Hal ini merupakan rangkaian kegiatan aktivitas rohani yang perlu dibina dan dikembangkan.
Dzikir disini bukan hanya ingat akan mati saja, tetapi hendaknya ingat yang terus menerus kepada Allah dalam hati serta menyebut nama-Nya. Dengan demikian perbuatan itu akan terhindar dari perbuatan tercela, selalu menjauhi larangan Allah dan selalu ingin melaksanakan perintah-Nya. 

Tidak ada komentar: