Telah
diketahui bersama bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik
dibandingkan dengan mahluk lainnya. Tetapi manusia bisa menjadi makhluk yang
paling rendah derajatnya apabila manusia tidak beriman dan beramal shalih.
Allah berfirman dalam surat al-Tin
ayat 4 dan 5 yang artinya: “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dengan
bentuk yang paling baik. Kemudian Kami kembalikan ke tempat yang paling rendah,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.”
Susunan tubuh manusia harmonis,
keindahan bertambah dengan diberikannya akal, dan ditambah lagi dengan hidayah
agama. Namun tidak semua manusia beragama, juga manusia yang beragama tidak
semuanya melaksanakan ajaran agamanya dengan baik, karena ia belum menerima
hidayah ilahiyah.
Manusia harus berhati-hati dengan
keindahannya itu. Ia bisa jatuh menjadi mahluk yang paling hina apabila rusak
budi pekertinya. Ia akan lebih berbahaya daripada binatang buas, dan memang
kenyataan lebih banyak kerusakan di atas bumi ini akibat ulah tangan manusia.
Firman Allah dalam surat al-Rum ayat
41 yang artinya: “Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka
setengah dari apa yang mereka kerjakan, mudah-mudahan mereka kembali.”
Orang yang akan tetap indah lahir
batin, adalah orang yang mau dan mampu bersyukur kepada Allah Swt. Atas nikmat
yang diterimanya baik yang berupa materi maupun yang terdapat dalam dirinya
sendiri seperti ilmu, tenaga dan kesehatan. Ia akan mampu menggunakan alat
pendengarannya, penglihatannya dan hatinya dalam mengabdikan diri kepada
pemberinya.
Allah berfirman dalam surat al-Nahl
ayat 78 yang artinya: “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu (waktu itu)
kamu tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan Dia memberi kepadamu alat
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Jelaslah bahwa semula manusia sama,
tidak tahu apa-apa namun selanjutnya terserah dapat tidaknya manusia
mempergunakan alat-alat yang Allah berikan kepadanya.
Akal manusia yang disertai iman akan
dapat melihat, mengenal memahami dan menghayati cahaya Tuhan yaitu ayat-ayat
Allah dalam al-Qur’an dan ayat Allah yang terdapat dalam diri manusia dan dalam
alam semesta ini. Perbuatannya benar-benar ditujukan hanya untuk mengabdi
kepada Allah, melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di atas bumi, sehingga
mampu juga mengolah, memanfaatkan dan memelihara alam sekitar yang disediakan
Allah bagi manusia. Tentu saja dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang
berlaku. Ia akan selalu ingat kepada Allah ketika ia berdiri, duduk dan
berbaring, dan selalu mau dan mampu memikirkan makhluk Allah Swt.
Adapun akal manusia yang tidak
disertai iman, akan dapat mendorong kepada kejahatan, dapat menimbulkan
kerusakan diatas bumi ini, bukan bersyukur namun kufur atas nikmat yang telah
Allah berikan kepadanya.
Pada hakikatnya manusia mengerahkan
segala apa yang ada pada dirinya, adalah untuk memenuhi keinginannya, yaitu
mempertahankan hidupnya di dunia ini, meskipun disadarinya bahwa hidup ini
terbatas, karena semua manusia akan merasakan mati. Lebih dari itu manusia
ingin mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Hidup yang
lebih baik ini relatif akan tergantung kepada apa yang merupakan cita-citanya
secara pribadi, atau kepribadian bangsanya, atau menurut agama yang dipeluknya.
Tentu saja bagi kita umat Islam kehidupan yang lebih baik itu adalah kesenangan
di dunia dan di akhirat.
Seringakli manusia beranggapan bahwa
kehidupan yang lebih baik itu adalah kehidupan yang mendapat kekayaan ayng
banyak, atau kedudukan yang tinggi dengan lepas dari keridlaan Allah Swt,
sehingga ia tidak mampu menggunakan kekayaannya dan kedudukannya sesuai dengan
kehendak-Nya. Kadang-kadang untuk mengejarnya, manusia itu menghalalkan segala
cara, padahal modal popok tadi akan ditanya nanti di akherat kelak sebagaimana
firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 36 yang artinya: “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak tahu tentang itu. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Islam mengajarkan bahwa dalam
menggunakan segala apa yang ada pada diri manusia dan segala apa yang telah
menjadi miliknya, hendaknya berpedoman kepada agama Allah, sehingga hasil
usahanya, baik berupa materi, ilmu, jabatan, kesehatan dan sebagainya
benar-benar bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan bagi masyarakat pada
umumnya. Dan inilah kehidupan yang lebih baik di sisi Allah Swt.
Allah berfirman dalam surat al-Rum
ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah mukamu dengan tulus kepada Allah.
(peganglah) fitrah Allah yang telah Allah ciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Agama Islam adalah agama fitrah sesuai dengan bakat dan
naluri manusia. Islam agama yang benar dan sempurna, di mana semua perintah dan
larangan yang tercantum di dalam al-Qur’an dan Hadits, cocok dan berguna bagi
manusia. Namun sedikit sekali manusia yang mempergunakan akalnya untuk
mengikuti petunjuk tersebut. Jelaslah bahwa fitrah manusai itu beraga Islam,
namun lingkunganlah terutama itu bapaknyalah yang menjadikan manusia memeluk
agama lain atau malah tidak beragama sama sekali.
Perhatikan sabda Rasulullah Saw yang
artinya, “Tidaklah seseorang yang dilahirkan itu melainkan berada di dalam
kesucian. Maka kedua orang tuanyalah menjadikan anaknya itu Nasrani, Yahudi
atau Majusyi.”
Demikianlah beratnya tanggung jawab
orang tua terhadap baik dan buruk sikap dan tingkah lakunya anak. Itulah
sebabnya Rasulullah Saw menyuruh anak sejak dini, bahkan diperintah shalat
sejak anak berusia tujuh tahun, meskipun belum kena kewajiban terhadap si anak
itu.
Apabila harta dan anak yang
seringkali dikatakan sebagai anugerah Allah Swt. Kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya, namun apabila orang tua atau suatu keluarga tidak mampu
menggunakan hartanya, dan tidak mampu mendidik anaknya, maka nikmat yang Allah
berikan itu justru malah menjadi musuh di dunia dan di akhirat nanti.
Allah berfirman dalam surat al-Anfal
ayat 28 yang artinya: “Dan ketahuilah bahwasanya harta bendamu dan
anak-anakmu adalah ujian (cobaan). Dan sesungguhnya Allah mempunyai (ada
pada-Nya) pahala yang besar.”
Dalam surat al-Taghabun ayat 14 yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman! Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hantilah kamu terhadap mereka. Dan
jika kamu memaafkan, berhati lapang dan memberi ampun, maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Perhatikan pula firman Allah Swt
dalam surat Ali Imran ayat 14 yang artinya: “Manusia terperdaya mencintai
syahwat, perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk-tumpuk dari emas dan
perak, binatang-binatang peliharaan dan tanaman-tanaman. Itulah kesenangan
hidup di dunia. Dan kepada Allah tempat kembali yang baik.”
Fitrah manusia lainnya ialah bahwa
manusia itu adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, memerlukan
kerjasama dan bantuan orang lain. Pertolongan ini bukan hanya yang bersifat
lahiriah saja, namun juga memerlukan tanggapan emosional, memerlukan
pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan penghargaan serta
kepercayan dari orang lain. Namun sebaliknya dalam mengejar keinginannya itu
hendaknya juga memperhatikan keinginan orang lain, sehingga setiap individu
terjalin hubungan yang baik, saling menolong dalam kebaikan dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa. Inilah yang dinamakan bahwa kodrat manusia itu adalah
sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial.
Islam mengajarkan bahwa setiap orang
yang beriman adalah saudara, dan hendaknya saling mencintai diantara saudaranya
itu. Saling mencintai ini tentu saja didasari dengan iman yang baik dan benar,
sehingga kesemuanya merupakan amal shalih. Dengan demikian akan nampak manusia
dan masyarakat yang serba selaras yaitu: selaras dalam hubungan dengan Allah
Swt selaras dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitarnya, juga akan
selaras dalam mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan mengejar
kebahagian di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar