Minggu, 18 November 2012

Generasi Galau : Guru yang Tak Pernah Mau Belajar


Sekali lagi saya menulis artikel edisi galau, artikel ini merupakan sambungan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang generasi galau masa kini. :D

Kita semua pasti sudah banyak yang mengerti tentang tugas guru, mengajar. Ya, tugas utama seorang guru adalah mengajar anak didik di sekolahnya masing-masing. Tetapi apa mau dikata, seringkali guru menganggap tugasnya hanyalah mengajar, dan melupakan belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Seolah-olah tugasnya sudah berakhir ketika dia sudah mengajar, dan itu akan terus dilakukannya sebagai rutinitas yang berulang-ulang.


Bukan rahasia lagi kalau kualitas dan profesionalitas para guru masih menjadi tantangan utama bagi dunia pendidikan nasional. Sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru pun ternyata belum  mampu meningkatkan kualitas dan profesionalitas mereka. Ada banyak kendala yang menyebabkan peningkatan mutu ini tidak juga berhasil dicapai, salah satunya adalah rendahnya motivasi belajar para guru.

Sudah seharusnya, jika guru berani mengajar juga harus berani belajar. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang? mungkin yang kita pelajari 5 tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Apabila itu diajarkan kepada anak didik, tentunya sudah sangat tidak relevan lagi. Selain mengajar, guru juga harus senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Sehingga mutu dan profesionalitasnya terus meningkat.

Salah satu peran guru adalah sebagai pelajar. Tidak hanya mengajar tetapi juga belajar. Cara belajar guru tentunya beragam, tapi jika dilihat secara umum itu sama dengan para pelajar, yaitu membaca. Kegiatan tersebut bisa dilakukan tidak hanya bersumber dari buku-buku saja tetapi juga bisa dari internet yang sifatnya lebih dinamis dan lebih cepat mengikuti perkembangan zaman.

Setelah membaca, selanjutnya diharapkan untuk para guru juga mampu untuk menulis. Peradaban bangsa ditandai dengan banyaknya karya tulis. Bahkan seorang Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, Manusia boleh sehebat apa pun di dunia ini, tetapi selama ia tak mau menulis, maka ia tidak akan dikenal dalam sejarah”. Guru bisa berkarya dengan membuat karya tulis dalam berbagai media. Menulis adalah salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan berfikir. Sehingga dalam mengajar guru menjadi bisa untuk menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang tak hanya condong pada hafalan saja, tetapi juga guru bersama anak di kelas bisa menggunakan akalnya untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Kegiatan belajar guru bisa juga dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, dan sebagainya. Jika gurunya selalu lebih pintar tentunya anak didiknya juga akan semangat untuk mengikuti. Perlombaan atau persaingan tidaklah hanya antara anak didik saja tetapi juga antara anak didik dan guru. Oleh sebab itu, guru selain harus mengajar juga harus belajar.

Singkat cerita, jangan sampai guru itu la yamuutu wa la yahya alias ora mutu lan ora nggaya (tidak bermutu dan tidak gaya -red)

Tidak ada komentar: