Sekali lagi saya menulis artikel edisi galau, artikel ini merupakan sambungan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang generasi galau masa kini. :D
Kita
semua pasti sudah banyak yang mengerti tentang tugas guru, mengajar. Ya, tugas utama seorang guru adalah mengajar anak
didik di sekolahnya masing-masing. Tetapi apa mau dikata, seringkali
guru menganggap tugasnya hanyalah mengajar, dan melupakan belajar
untuk meningkatkan kompetensinya. Seolah-olah tugasnya sudah berakhir ketika dia sudah mengajar, dan itu akan terus dilakukannya
sebagai rutinitas yang berulang-ulang.
Bukan
rahasia lagi kalau kualitas dan profesionalitas para
guru masih menjadi tantangan utama bagi dunia pendidikan
nasional. Sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru pun ternyata belum mampu meningkatkan kualitas dan profesionalitas mereka. Ada banyak kendala yang
menyebabkan
peningkatan mutu ini tidak juga berhasil dicapai, salah satunya
adalah rendahnya motivasi belajar para guru.
Sudah
seharusnya, jika guru
berani mengajar juga harus berani belajar.
Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang? mungkin yang kita pelajari 5 tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Apabila
itu diajarkan kepada
anak didik, tentunya
sudah sangat tidak relevan lagi. Selain mengajar, guru juga harus senantiasa
belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Sehingga mutu dan
profesionalitasnya terus meningkat.
Salah
satu peran guru adalah sebagai pelajar.
Tidak hanya mengajar tetapi juga belajar. Cara belajar guru tentunya
beragam, tapi jika
dilihat secara
umum itu
sama dengan para
pelajar, yaitu membaca. Kegiatan tersebut bisa dilakukan tidak hanya
bersumber dari buku-buku saja tetapi juga bisa dari internet yang sifatnya
lebih dinamis dan
lebih cepat mengikuti perkembangan zaman.
Setelah
membaca, selanjutnya diharapkan untuk para
guru
juga
mampu
untuk
menulis. Peradaban
bangsa ditandai dengan banyaknya karya tulis.
Bahkan
seorang Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Manusia
boleh sehebat apa pun di dunia ini, tetapi selama ia tak mau menulis,
maka ia tidak akan dikenal dalam sejarah”.
Guru bisa berkarya dengan membuat karya tulis dalam berbagai media. Menulis adalah
salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan berfikir.
Sehingga dalam mengajar guru menjadi bisa untuk menghadirkan kegiatan
belajar mengajar yang tak hanya condong pada hafalan saja, tetapi juga guru bersama anak di kelas bisa
menggunakan akalnya
untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Kegiatan
belajar guru bisa juga dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar,
dan sebagainya. Jika gurunya selalu lebih pintar tentunya anak
didiknya juga akan semangat untuk mengikuti. Perlombaan atau persaingan tidaklah
hanya antara anak didik
saja
tetapi juga antara anak didik
dan
guru. Oleh sebab itu, guru
selain harus mengajar juga harus belajar.
Singkat cerita, jangan sampai guru itu la yamuutu wa la yahya alias ora mutu lan ora nggaya (tidak bermutu dan tidak gaya -red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar