Minggu, 20 November 2011

Menjadi Istimewa dengan Open Source


Istimewa bisa diartikan dengan sesuatu yang khas, lain dari pada yang lain, atau luar biasa. Jika kata istimewa tersebut disematkan pada kata “orang” atau “manusia” sehingga menjadi “orang istimewa” atau “manusia istimewa” sudah bisa dipastikan kita semua akan berkesimpulan bahwa “ada sesuatu yang luar biasa pada diri orang tersebut”. Predikat istimewa sendiri hanya bisa diperoleh dari penilaian orang lain terhadap suatu individu ataupun kelompok, individu pribadi atau kelompok sendiri tidak akan pernah bisa menyandingkan kata istimewa dengan nama pribadi atau kelompok dengan klaim yang berasal dari mereka. Sebagai contoh, anda tidak bisa hanya dengan mengatakan “aku ini memang istimewa” lantas anda akan mempunyai predikat “istimewa” di hadapan orang lain, tetapi harus dibutuhkan pengakuan dari orang lain yang mengatakan “anda ini memang istimewa” baru anda bisa merasakan bahwasanya ada sesuatu yang istimewa dari diri anda.

Berbicara istimewa dalam sudut pandang teknologi informasi dan komunikasi di dalam ruang lingkup sebuah negara, khususnya Indonesia ternyata ada sesuatu yang istimewa dengan negara yang satu ini bahkan keistimewaan tersebut telah membuat ciri khas negatif tersendiri yang menempel dengan erat layaknya perangko di kartu pos. Pasti anda yang membaca tulisan ini sudah “ngeh” dengan ciri khas negatif yang penulis maksud tersebut, iya benar Indonesia berada di peringkat ke tujuh dunia dengan 65% pengguna komputer pribadi yang menggunakan software bajakan. Sebuah studi yang dilakukan oleh BSA (Business Software Alliance) di 32 negara yang melibatkan 15 ribu pengguna PC menunjukkan, hampir separuh pengguna PC menggunakan peranti lunak (software) bajakan. Enam negara di Asia Pasifik, seperti Tiongkok, Vietnam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, dan Indonesia masuk dalam daftar 10 negara pengguna software bajakan terbesar. (Investor Daily Indonesia, 9 September 2011)
Jadi predikat “istimewa” yang menempel tersebut bukanlah hal mengada-ada, tetapi sesuai dengan fakta dan bukti statistik. Sungguh sangat di sayangkan sekali dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa lebih yang tinggal di Indonesia sebagian besar merupakan pengguna produk teknologi informasi dan komunikasi terutama perangkat lunak bajakan, semakin menjamurnya produsen perangkat keras semacam notebook ataupun netbook ternyata juga berpengaruh dengan semakin meningkatnya tingkat penggunaan perangkat lunak bajakan. Menyalahkan dan menuduh krisis ekonomi global sebagai penyebab dari semua ini jelas bukanlah hal yang masuk diakal, meningkatnya kemampuan membeli perangkat-perangkat teknologi informasi bisa dijadikan indikasinya, banyak yang beli notebook baru kok dianggap sedang kesulitan ekonomi  . Demikian juga dengan mahalnya membeli lisensi dari perangkat lunak semacam Microsoft Office juga tidak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan dan menuduh sebagai biang kerok menempelnya predikat “istimewa” dengan konotasi negatif di Indonesia ini, karena begitu banyaknya perangkat lunak gratis bahkan yang open source pun bisa di dapatkan dengan mudah.
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama dari masalah ini adalah terlalu “istimewanya” segala produk yang berbau open source bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, Keistimewaan open source di mata masyarakat menyebabkan open source terasa asing dan aneh bagi mereka. Sebagai contoh saja, lidah masyarakat Indonesia akan sangat familiar sekali di saat menggunakan sistem operasi windows, tetapi sebaliknya akan terasa tawar jika menggunakan sistem operasi linux. Di saat membeli komputer atau notebook untuk pribadi pastilah yang pertama kali di cari adalah teknisi komputer yang bisa menginstallkan sistem operasi windows untuk komputer atau notebook baru mereka, jarang sekali atau bahkan tidak pernah ditemui seseorang yang baru belajar menggunakan komputer minta di installkan sistem operasi linux di komputer mereka, parahnya lagi disaat tahap proses intallasi sistem operasi selesai mereka juga menginginkan di installkan perangkat lunak – perangkat lunak yang bisa membantu pekerjaan sehari hari, seperti microsoft office, adobe photoshop, corel draw dan lainnya mulai dari aplikasi perkantoran sampai dengan aplikasi multimedia. Hal ini akan membuat perangkat lunak open source terasa semakin asing bagi mereka.
Beruntunglah ditengah-tengah keterasingan dan gempuran perangkat lunak bajakan yang semakin merajalela, semangat open source tetap menyala-nyala di dada para pengguna dan penggiat open source Indonesia. Semangat ini justru menjadi keistimewaan tersendiri bagi dunia open source, belum lagi dukungan dari pemerintah yang kian hari kian positif semakin menambah nilai keistimewaan dari open source itu sendiri. Ditambah lagi dengan potensi penduduk yang begitu besar sangat memungkinkan sekali open source akan berkembang pesat di Indonesia, hanya tinggal menunggu hitungan waktu saja karena SDM yang akan dihasilkan tentunya juga lebih besar daripada negara-negara yang lain. Semangat membara dari teman-teman penggiat dan pengguna open source dengan berbagai komunitasnya yang ada tidak boleh padam, kegiatan-kegiatan yang bersifat mencerdaskan dan membuka ilmu pengetahuan bagi orang lain semacam workshop dan seminar perlu terus digalakkan dengan terus menggandeng para pengendali pemerintahan di Indonesia ini, mulai dari tingkat daerah sampai tingkat nasional, mulai dari lembaga pendidikan sampai dengan lembaga layanan publik, mulai dari organisasi swasta sampai dengan organisasi pemerintahan, kegiatan tersebut harus tetap dilaksanakan. Acara promosi atau pameran produk open source juga harus mulai ditingkatkan, launching distro lokal bersama para pejabat pemerintahan daerah mau tidak mau sesering mungkin harus diadakan.
Tidak mudah memang untuk melakukan semua itu, terkadang semangat saja tidak cukup dibutuhkan keikhlasan dan kesabaran di dalam proses edukasi untuk masyarakat Indonesia yang masih awam. Tetapi justru dengan keikhlasan dan kesabaran tersebut, sekali lagi dunia open source akan menunjukkan keistimewaannya. Jika semua itu sudah terjadi, maka sebuah keniscayaan Indonesia yang dulunya terkenal istimewa dengan penggunaan perangkat lunak bajakannya berubah menjadi lebih istimewa karena menjadi negara pengguna dan penghasil perangkat lunak open source di seluruh dunia. Disaat tulisan ini dibuat, penulis sedang asyik bermesraan dengan Aptana Studio sebuah software web editor yang open source dengan lisensi GNU General Public License (GPL), beberapa bulan yang lalu banyak rekan kerja penulis yang mengatakan “bukankah menggunakan dream weaver lebih mudah?”, tetapi sekarang lain pula yang dikatakan “ada gak aptana studio versi windows?”. Hal yang kecil tersebut menunjukkan bahwasanya fajar kebangkitan dari dunia opensource sudah menyingsing di seantero Indonesia, tinggal menunggu waktu hingga panasnya membakar bumi nusantara ini.
So, sudah siapkah anda menjadi istimewa?

Artikel ini disalin dari numb.web.id

Tidak ada komentar: