Open Source, itu adalah sebuah kata yang selama ini sudah masuk ke dalam mimpi-mimpiku. Sebuah kata yang tersirat tentang kebebasan dalam dunia IT. Tiap hari, kata-kata Open Source dan segala pernak-perniknya selalu menggema di kepalaku. Di kantor, di kampus, di rumah, di masjid, di warung mie ayam, bahkan sampai di rumah orang; kata-kata itu terus menggema. Terlalu berlebihan memang aku mengucapkan kata-kata itu, namun kata-kata itu sangat sesuai dengan jiwaku, jiwa seorang pecinta IT, yaitu kebebasan.
Open Source sendiri bisa diartikan sebagai "Sumber Terbuka". Menurut Wikipedia, Sumber Terbuka diartikan sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet. Setelah membaca definisi yang panjang ini, kita jadi sedikit lebih tahu dan mengetahui bahwa linux itu bebas, suatu paham yang sangat diagung-agungkan oleh para peretas (hacker).
Ya, dalam dunia Open Source tidak ada sesuatu yang dirahasaikan. Semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama tentang perangkat lunak. Entah itu dosen, perawat, pejabat, tukang angkot, sampe monyet (kalau yang terakhir kayanya tidak masuk kategori :-D).
Kembali ke judul, awal aku mengenal linux adalah berawal sejak jaman dahulu kala, saat aku masih menjadi seorang pemuda yang selalu rasa penasaran tentang teknologi dan segala pernak-perniknya. Hanya berbekal dengan ponsel Sony Ericsson W700i ku yang sudah usang (hanya mesin itu yang aku punya saat itu), aku menjelajah kesana kemari dan menemukan sebuah artikel yang kurasa dan cukup menarik. Open Source, itulah artikel yang sampai saat ini meracuni pikiranku.
Kini, aku menjadi salah satu penggiat open source (karena aku suka dengan kebebasan yang dianutnya). Tiap kali ada kesempatan, selalu kata Open Source dan GPL (General Public License) yang ku ucapkan. Namun, perjuangan ini tidaklah mudah. Kurangnya pengetahuan masyarakat awam tentang kebebasan perangkat lunak menjadi sebuah penghalang serius. Ada kisah menarik, ketika aku menggunakan Ubuntu 10.04 dihadapan teman-temanku. Mungkin karena tampilannya yang serba hitam, temanku menganggap windowsku itu di blacklist, lho? Mungkin itu tak seberapa parah, berikut ini ada cuplikan menarik yang aku dapatkan dari teman forum :-D
Bener-bener butuh perjuangan keras supaya Open Source bisa lebih dikenal sama masyarakat. :-D
Kini, perjuanganku mulai membuahkan hasil. Sedikit demi sedikit orang di sekitarku mulai mengenal apa itu Open Source dan menggunakan produknya. Bahkan sebagian dari mereka mulai dengan secara lantang menyuarakan anti pembajakan. :tepuktangan
Menjadi seorang aktivis memang butuh perjuangan yang ekstra. Aku berjuang hanya dengan sebuah mesin kecil (Netbook) tipe Acer Aspire One Happy, yang kunamai Dunkq. Hanya dengan berbekal sebuah mesin kecil aku berjuang .... -_- Untungnya aku mendapat banyak bantuan dari para aktivis lainnya, perjuangan ini jadi terasa semakin mengasikkan ^_^v.
2 komentar:
[numpang komen ya]
mantap... Lanjutkan. :D
selalu :D
Posting Komentar