Akhlak sendiri diartikan dengan tingkah laku atau budi pekerti yang sopan dan santun. Tanpa akhlak manusia tidak akan bisa menjadi makhluk yang mulia.
Berikut ini beberapa macam akhlak tercela beserta penjelasannya:
i.
Al-Nani’ah, yaitu sifat egois, tidak memperhatikan kepentingan orang
lain. Manusia sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Oleh
karenanya, dalam mengejar kepentingan pribadi, hendaknya memperhatikan
kepentingan orang lain janganlah boros dan juga kikir, namun hendaknya berada
di antaranya yaitu pemurah. Perhatikan firman Allah Swt dalam surat Al-Isra
ayat 29 yang artinya: “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke
kuduk, dan janganlah pula engkau kembangkan seluas-luasnya, nanti engkau duduk
tercela dan sengsara.”
ii.
Al-Bukhlu, yaitu kikir. Orang yang kikir, tidak mau membelanjakan
hartanya, baik untuk dirinya, misalnya biar makan tidak baik dan bergizi,
padahal uang ada, baik untuk kepentingan keluarganya, maupun untuk kepentingan
orang banyak, yang merupakan zakat, infak atau sadakah. Bagi orang yang kikir,
mendengar istilah-istilah tersebut bagaikan petir di siang hari. Sifat kikir
ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang tama’
(ingin diberi). Kemudian orang yang kikir itu apabila hartanya telah berkumpul,
ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa
kepada pemberinya. Allah berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, “Tetapi
orang yang kikir dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang baik,
akan kami mudahkan baginya (jalan) kesukaran.”
iii.
Al-Butan, yaitu suka berdusta. Berdusta adalah mengada-adakan
sesuatu baik dengan ucapan, tulisan, maupun dengan isyarat, padahal sebenarnya
tidak ada, mungkin untuk kepentingan dirinya atau membela orang lain, atau
sengaja untuk menjatuhkan nama orang lain, apalagi lempar batu sembunyi tangan.
Firman Allah dalam surat al-Nisa ayat 112 yang artinya, “Siapa yang
mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada orang lain yang
tidak bersalah, sesungguhnya dia memikul kebohongan dan dosa yang jelas.”
iv.
Khianat,
yaitu tidak menempati janji. Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat
dapat melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran. Sifat
khianat ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang-kadang ada orang yang
membela orang yang khianat karena ia tidak mengetahuinya. Allah berfirman dalam
surat al-Nisa ayat 107 yang artinya, “Dan janganlah engkau membela
orang-orang yang khianat kepada dirinya sendiri, sesungguhnya Tuhan tidak
menyukai orang-orang yang khianat dan berdosa.”
v.
Al-Jubn,
yaitu pengecut. Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan dirinya
menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan untuk
mendapatkan kemenangan. Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil yang
dicapai orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 72 dan 73 yang
artinya, “Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang lembek/pengecut
kalau kamu ditimpa bahaya (dalam perjuangan), dia berkata, sesungguhnya Tuhan
memberi karunia kepadaku karena aku tidak ikut beserta mereka. Dan kamu
memperoleh karunia dari Tuhan (atas perjuanganmu), mereka tentu mengatakan,
sebagai tidak ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan mereka, supaya aku
turut mendapat kemenangan yang besar.”
vi.
Al-Gibah, yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah
mengatakan keadaan orang lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang
yang ada dimukanya, dengan tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau
tujuan lain, meskipun memang sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang
digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu merupakan fitnah. Firman Allah dalam
surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian kecurigaan itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah mempergunjingkan orang
satu sama lain.”
vii. Al-Hasad, yaitu dengki. Dengki atau hasud suatu
perbuatan kerusakan terhadap orang lain, kemungkinan timbul disebabkan ni’mat
Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar ni’mat orang
lain itu terhapus. Dengki juga karena benci dan dendam atas kegagalan usaha
dirinya, kemudian membuat cara-cara yang tidak diridlai Allah Swt. Allah
berfirman dalam surat al-Falak ayat 1-5 yang artinya, “Katakanlah. Aku
berlindung kepada Tuhan subuh, terhadap bahaya makhluk yang diciptakan-Nya, dan
dari kegelapan ketika ia telah datang, dan dari bahaya hembusan dalam ikatan,
dan dari bahaya dengki ketika ia mendengki.”
viii.
Al-Ifsad,
yaitu berbuat kerusakan. Seringkali sifat perusak mendorong manusia dalam usaha
mencapai kepentingan pribadinya dengan tidak memperhatikan akibatnya, misalnya
merusak lingkungan baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama dengan orang lain.
Dalam surat Asyu’ara ayat 151-152 Allah berfirman yang artinya, “Dan
janganlah kamu turuti perintah orang-orang yang melanggar batas. Yaitu
orang-orang yang membuat kerusakan (bencana) di muka bumi, dan tidak mengadakan
perbaikan.”
ix.
Al-Israf,
yaitu berlebih-lebihan. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 31 yang
artinya, “Hai anak-anak Adam, pakailah perhiasanmu setiap waktu shalat dan
makan minumlah kamu, dan janganlah melampaui batas, sesungguhnya Tuhan tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
x.
Al-Dzulmu, yaitu berbuat aniaya. Dzalim atau aniaya adalah lawannya
dari adil. Orang yang aniaya baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain,
akan menimbulkan perbuatan fasik, karena ia tidak mampu menempatkan sesuatu
pada tempatnya, yang akhirnya dapat menimbulkan kehancuran. Allah Swt berfirman
dalam surat al-Baqarah ayat 59 yang artinya, “Tetapi orang-orang yang aniaya
mengubah perkataan dengan perkataan lain yang tidak dikatakan kepadanya, lantas
kami turunkan kepada orang-orang yang aniaya siksaan dari langit, karena
fasik.”
xi.
Al-Fawahisyi, yaitu dosa-dosa besar. Dosa yang paling besar adalah
menyekutukan Tuhan, orangnya dinamakan musyrik. Allah tidak akan memaafkan
orang-orang musyrik. Kemudian terhadap ibu dan bapak. Ridla Allah terletak
dalam keridlaan ibu dan bapak. Kemudian dosa membunuh, minuman keras, mencuri,
berzina, berjudi, memutuskan silaturahim, takabur, sum’ah dan ria, menjadi
saksi palsu, sumpah palsu, memfitnah, dan mengadu-adu, meninggalkan shalat,
tidak berpuasa Ramadlan, tidak zakat dan hajji, padahal ia mampu
melaksanakannya. Allah berfirman dalam
surat al-An’am ayat 151 yang artinya, “Katakanlah. Marilah aku membacakan
kepadamu apa-apa yang diharamkan kepadamu; yaitu janganlah mempersekutukan
Tuhan dengan sesuatu apapun, buatlah kebaikkan kepada ibu bapakmu, janganlah
kamu bunuh anakmu karena takut miskin. Kami memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, jangalah kamu dekati perbuatan keji, yang terang dan tersembunyi, dan
janganlah kamu bunuh jiwa yang dilarang Tuhan (untuk membunuhnya), kecuali
karena tuntutan kadilan (kebenaran). Inilah yang diperintahkan Tuhan kepadamu
supaya kamu mengerti.”
Masih banyak lagi akhlak tercela
yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits, misalnya: al-bagyu,
yaitu lacut; al-gadab, yaitu pemarah; al-gurur,
yaitu memperdayakan; al-hikdu, yaitu dendam; al-intihar, yaitu
menjerumuskan diri; al-namimah, yaitu mengadu domba; dan lain
sebagainya.
Akhirnya dengan mengenal, memahami, dan
meresapkan di dalam hati, akhlak terpuji yang harus dilaksanakan, dan akhlak
tercela yang harus dijauhi dapat diharapkan kemampuan untuk meningkatkan iman
dan takwa kepada Allah Swt sehingga tercapailah insan kamil atau manusia
seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar