Kamis, 22 November 2012

Hidup Bukanlah Sebuah Film

Hidup bukanlah sebuah film, atau dalam bahasa kerennya yang kita kenal "life is not a movie", bahasa yang sering kita dengar di salah satu stasiun televisi. Hidup bukanlah sebuah mimpi, itulah kalimat yang saya ingin ceritakan malam ini kepada kawan pembaca semuanya. Sebagai permulaan, saya ingin bercerita tentang artikel dari majalah dinding di sebuah masjid di STIKES al-Irsyad Cilacap yang dulu pernah saya baca, kurang lebih ceritanya seperti ini:
----------------------------------------------
alkisah di sebuah kota metropolitan, hiduplah sepasang kakek nenek yang menggantungkan hidupnya sebagai penjual tempe di pasar. Suatu ketika, sang kakek mengalami sakit yang membuat nenek harus mempersiapkan tempe daganganya seorang diri. Karena si nenek harus ga merawat kakek, membuat tempe yang akan dijual ke pasar tidak menjadi sempurna. Nenek merasa sangat khawatir, kalau tempenya tidak jadi, tentu saja tempe miliknya tidak akan laku di pasar, lalu bagaimana nenek harus membeli obat untuk kakek? lalu bagaimana nenek bisa membeli lauk-pauk agar mereka berdua bisa makan?

Pagi-pagi sekali, setelah shalat subuh nenek bersiap untuk berangkat ke pasar. Sebelum berangkat ke pasar, nenek ingin curcol kepada kakek, "kek, kalau tempe kita tidak laku lalu bagaimana kita bisa makan nanti?" lalu dengan entengnya si kakek menjawab, "Allah, lebih dekat kepada kita daripada urat leher". Akhirnya nenek tetap memutuskan untuk berangkat ke pasar dengan modal tempe dan doa dari kakek, walaupun dengan keraguan yang mendalam. 

Sesampainya di pasar, nenek berdoa,, "ya Tuhan, Engkau lebih dekat daripada urat leher, hanya kepadaMu kami meminta rizki, dan hanya kepadaMu kami bergantung... Hamba tidak berdaya tanpa Engkau... Jadikanlah tempe yang belum jadi ini, agar bisa sempurna. Aamiin"... Setelah nenek selesai berdoa, dengan hati yang berdebar, dan harap-harap cemas tentang apa yang dikatakan oleh kakek, si nenek mencoba untuk membuka bungkus tempe, dan bum!! jadilah tempe itu masih seperti sediakala..

Nenek hampir putus asa, takut tempenya tidak laku dan tidak bisa makan. Dengan setengah putus asa nenek tetap terus berharap, dan hari beranjak semakin siang. Hampir tiap jam, nenek mengulangi doa yang sama dan tetap saja tempenya masih tetap belum jadi, dan tetap belum laku.

Hingga sore hari, akhirnya nenek menyerah dan pasrah seandainya tempenya tidak laku. Tapi tenang saja kawan, ceritanya belum berakhir sampai di sini :)

Untuk yang terakhir kalinya, nenek berdoa, namun doa kali ini terucap lain.
"Ya Allah, hamba pasrah kepadaMu, hamba pasrah seandainya hamba tidak bisa menikmati rizkimu hari ini hanya karena tempe hamba tidak laku. Tapi, seandainya bukan kepadaMu hamba meminta, lalu kepada siapa lagi hamba harus meminta. berilah hamba rizki agar hamba bisa membeli lauk-pauk dan obat untuk kakek. Aamiin"

Belum selesai nenek berdoa, kalian pasti mungkin tak akan percaya dengan yang terjadi, kawan. Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu dengan datang dengan wajah setengah kelelahan.

"nek, disini ada gak tempe yang belum jadi? saya udah capek mencari kesana kemari gak nemu juga."
"owh ada bu, semua tempe yang saya jual masih belum jadi. mau beli berapa?" jawab nenek dengan setengah terperanjat.
"saya beli semuanya nek"
"kalau boleh tau, kenapa ibu membeli tempe yang masih belum jadi?" tanya nenek 
"begini nek, anak saya yang sedang kuliah di Inggris ingin sekali makan tempe. Kalau saya kirimkan tempe yang sudah jadi, nanti sampai sana pasti sudah tidak enak lagi untuk dimakan."
"owh begitu bu, ini tempenya."
"ini uangnya bu, ambil saja kembaliannya nek"
"terima kasih bu". ucap nenek, seraya tak percaya doanya terkabulkan, hari ini nenek dan kakek bisa makan, dan membeli obat.
---------------------------------------

Saat membaca cerita ini, saya langsung tersadar, bahwa Tuhan tidak serta merta mengabukan doa kita, bahwa Tuhan tidak begitu saja memberikan apa yang kita inginkan. Tuhan menginginkan kita untuk mandiri dalam mewujudkan keinginan kita. 
Mungkin suatu ketika, kita meminta untuk diberikan makhluk yang indah. Namun Tuhan berkata lain, Tuhan mengirimkan ulat bulu yang begitu menjijikkan. Seringkali kita berburuk sangka kepada Tuhan, kalau Tuhan tidaklah menyayangi kita. Padahal, kalau kita mau bersabar, ulat bulu itu akan berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Tuhan menginginkan kita menjalani proses roda kehidupan.
Hidup ini bukanlah sebuah film, dimana kita bisa mendapatkan segalanya dengan mudah di sana. Dunia film yang begitu glamour, sangat berbeda sekali  dengan dunia kita yang sebenarnya. 
Hidup ini bukanlah sebuah film, dimana kita bisa mendapatkan segalanya dengan mudah. Di dunia nyata ini, kita tidak bisa seperti itu. Kalau lapar, kita harus makan. Kalau tidak ada makanan, kita harus memasak. Kalau tidak ada yang dimasak, kita harus mencari. Semuanya serba proses.

Tanpa melewati proses kehidupan, manusia tidak akan bisa menjadi pemimpin di muka bumi ini. Karena manusia, adalah makhluk yang tercipta dengan segala kesempurnaan. :)

Tidak ada komentar: