Minggu, 13 November 2011

Menghancurkan Ke-AKU-an Diri -- Berhala Terbesar Umat Manusia


Seandainya 7 samudera dijadikan 1, dan air laut nya di jadikan tinta, maka niscaya Ilmu Tuhan tidak akan pernah mampu dituliskan. 7 samudera lautan ilmu pun masih terbatas dihadapan Yang Tak Terbatas. Inilah yang menghantarkan pemikiran penulis kenapa kita harus dekat dengan alam. Alam walaupun memiliki keluasan, tapi masih bisa diukur dan wujud. Manusia, ibarat air laut, paling hanya kebagian 1 sendok teh nya sebagai ilmu pengetahuan yang di milikinya. Pertanyaannya, apa yang harus di sombongkan? Seandainya manusia mengetahui pengetahuan, mestinya rasa syukur harus terus di panjatkan. Pengetahuan itulah yang membuat derajad kita lebih baik di bandingkan manusia lainnya. Inipun sebagai sebuah anugerah tanpa kita harus merasa, "aku pinter!"

Kekayaan Tuhan meliputi seluruh alam semesta. Tuhan menjamin kehidupan semua makhluknya, manusia, tumbuhan, hewan. Melalui hukum2 alam dan mekanisme alam, semua kebutuhan makhluknya terpenuhi. Inilah contoh dari ilmu ekonomi alam semesta, yang mampu menyediakan milyaran pekerjaan bagi milyaran orang. Adakah kekayaan kita mampu menandingi ini? Kekayaan kita belum tentu mampu menyediakan pekerjaan bagi orang lain. Apalagi yang mau di sombongkan? Seandainya, kita diberi kemurahan dalam hal rejeki, maka syukurilah. Sesungguhnya derajad kita diangkat dihadapan makhluk lainnya. Inilah sebuah anugerah yang harus di syukuri. Jangan dibalik cara mikirnya, seolah2 apa yang kita capai merupakan hasil usaha kita sendiri. Ingat dalam teori investasi, manusia telah menerima kelengkapan badan fisik secara gratis, manusia berjalan diatas bumi dan menghirup udara semua nya gratis. Jadi jangan pernah kita merasa sok kaya, seolah kita lah yang menciptakannya.

Kekuasaan Tuhan meliputi seluruh alam semesta. Melalui mekanisme alam dan hukum-hukum yang bekerja, kekuasaan ini memberikan ketenangan, kedamaian, keteraturan. Inilah kekuasaan yang harmoni yang diberikan contohnya oleh alam semesta. Jika kita memiliki kekuasaan jangan pernah belajar dari alam semesta yang selalu harmoni, jujur dan bukti mampu di lakukan. Jadi tidak benar kekuasaan identik dengan tipi-menipu atau hujat menghujat. Karena alam tidak pernah mencontohkan hal itu kepada manusia. Seandainya kita memiliki kekuasaan, itu artinya derajad kita diangkat diantara manusia lainnya. Maka bersyukur lah! Jangan jadi jumawa karena kekuasaan kita, karena sesungguhnya kita bukan apa2 dan bukan siapa2.

Hikmah apa yang bisa kita petik? Bukan kah kah selama ini kita merasa kaya, merasa pinter dan merasa kuasa. Bukan kah kah faktor merasa kaya, membuat pandangan kita merasa lebih diantara orang2 yang tidak kaya? Bukan kah faktor merasa pinter, membuat kita merasa lebih pinter diantara orang2 yang tidak pinter? Bukan kah faktor merasa kuasa, membuat kita merasa lebih kuasa diantara orang2 yang tidak memiliki kekuasaan? Faktor merasa inilah yang menghancurkan manusia dengan segala kelebihannya. Faktor merasa ini lah, yang menyebabkan "aku" dalam diri keluar. faktor merasa ini pula yang telah menjatuhkan iblis. Faktor merasa inilah yang saat ini tertanam di dalam diri manusia. Tertanam dalam sebagai BERHALA-BERHALA dengan baju modernisasi. APAKAH KITA SEBAGAI PENYEMBAH BERHALA? Kita sendiri yang tahu dan paham, semoga kita termasuk orang2 yang selalu dilindungi, salam!

Tidak ada komentar: